Latest

Irut Pincut Seni Tiup, Ketika Musik Tradisional Berpadu dengan Modern

Laporan oleh : Lydia Okva Anjelia

[Unpad.ac.id, 31/03/2011] Tabuhan gendang bertalu-talu, petikan kecapi dan alunan suling yang terdengar merdu, sampai nyaringnya lengkingan suara terompet, bergema di Bale Rumawat Padjadjaran, Unpad, Jln. Dipati Ukur No 25 Bandung, Rabu (30/3) malam. Bukan hanya itu, alat musik toleat yang memiliki suara unik menyerupai alat musik modern sekelas saxophone, juga berhasil menghipnotis para penonton yang memadati gedung berkapasitas 150 orang tersebut.

Tadi malam, Pidangan Seni Budaya Rumawat Padjadjaran mempertemukan tiga musisi alat musik tiup Sunda, yaitu Iwan Mulyana yang memainkan berbagai jenis suling khas Jawa Barat, Ayi Ruhimat dengan tarompet yang biasa digunakan mengiringi sisingaan, dan Asep Nurbudi dengan alat musik toleat yang berasal dari Kab Subang. Bertajuk “Irut Pincut Seni Tiup”, ketiga musisi ini tampil cantik memamerkan kelihaian mereka memainkan alat-alat musik daerah Jawa Barat tersebut.

Read the rest of this page »

Tawa, Kagum, dan Haru di Aki Nini Maca Sajak Jilid III

Laporan oleh: Artanti Hendriyana

[Unpad.ac.id, 22/02/2011] Salah satu gelaran akbar Unpad untuk Mieling Poe Basa Indung Sadunya 2011 (memperingati Hari Bahasa Ibu Sedunia 2011)adalah Nini Aki Maca Sajak Jilid III. Tahun ini adalah tahun ketiga dimana para sastrawan dan budayawan Sunda berusia sepuh berkumpul untuk berpartisipasi membacakan sajak. Hal ini dilakukan agar kebudayaan dan bahasa Sunda dapat terus lestari. Acara digelar di Halaman Bale Rumawat Padjadjaran kampus Unpad, Jln Dipati Ukur No. 35 Bandung, Senin (21/02) kemarin.

Pada pelaksanaan kali ini, ada  22 sastrawan dan budayawan Sunda yang membacakan sajak di hadapan penonton. Mereka adalah Zahir Zachri, Atang Warsita, Ganjar Kurnia, Uu Rukmana, Dedy Windyagiri, Yuniarso Ridwan, Aam Amilia, Ami Raksanagara, Acep Zamzam Noor, Neneng Daningsih, Usep Romli, Saini K.M, Yayat Hendayana, Tini Kartini, Yus Rusyana, Yooke Tjuparmah, Kalsum, Us Tiarsa, Hasan Wahyu, Abdullah Mustapa, Adang S, dan Uwa Kabul. Selain itu, tampak pula di bangku penonton sastrawan Ajip Rosidi dan maestro tembang Sunda, Euis Komariah.

Read the rest of this page »

Syair Keur Syiar

Laporan oleh: Eka Bahtera

[Unpad.ac.id, 23/01/2011] Nuansa Syiar Islami terasa sangat kental dalam Pidangan Seni Rumawat Padjadjaran bertajuk “Syair Keur Syiar”. Pementasan Kompilasi Lagu Sunda Islami ini sesuai dengan maksud pagelaran yang diungkapkan oleh Ganjar Kurnia, sebagai pemrakarsa acara yaitu untuk mensyiarkan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan melalui musik.

Gelaran “Syair Keur Syiar” yang di gelar atas kerjasama Unpad dengan Bank BJB ini menyuguhkan lagu-lagu garapan komposer ternama Jawa Barat, Ubun Kubarsyah, dari rumpaka (syair lagu) karya Ganjar Kurnia ini benar-benar memukau penonton yang memadati Bale Rumawat Padjadjaran tempat digelarnya acara ini di Jln. Dipati Ukur No. 35 Bandung pada Minggu, (23/01).

Read the rest of this page »

Tiga Dalang Terkenal Berhasil Puaskan Penggemarnya

Laporan oleh: Eka Bahtera

[Unpad.ac.id, 27/12] Sesuai dengan judulnya, pagelaran wayang golek berjudul “Geunjleung Wayang, Salalakon Tilu Dalang” benar-benar geunjleung (heboh). Tiga maestro dalang membawakan satu lalakon yaitu “Somantri Ngenger” dalam satu panggung. Peristiwa langka ini kemudian dibungkus dalam pidangan Seni Rumawat Padjadjaran lewat sebuah sentuhan khas Unpad, yang kemudian membuat geunjleung wayang ini menjadi sebuah hidangan yang memesona di Minggu (26/12) malam.

Tepukan tangan meriah dari penonton yang memadati Grha Sanusi Hardjadinata (Aula Unpad), Jln. Dipati Ukur 35 Bandung, menggema saat ketiga maestro dalang yaitu RH Tjetjep Supriadi, Dede Amung Sutarya, dan Asep Sunandar Sunarya memasuki Aula Unpad. Namun sebelum ketiga dalang kahot ini tampil, Sarah Anais Andriew, seorang antropolog asal Prancis yang telah melakukan penelitian tentang wayang di Jawa Barat tampil membawakan panganteur.

Read the rest of this page »

Aksi Tari Topeng Cirebon Berhasil Memukau Penonton Sawengi Ning Cerbon

Laporan oleh : Malikkul Shaleh

[Unpad.ac.id, 26/11] “Saya serasa berada di daerah Cirebon, padahal kita ada di Unpad, Bandung sekarang. Suasana dan nuansa khas Cirebon sangat terasa, tapi sayangnya durasi pertunjukannya terlalu singkat untuk terus menikmatinya,” ujar salah satu penonton Pidangan Rumawat Padjadjaran edisi November 2010 Sawengi Ning Cerbon. Seperti  sebelumnya, Pidangan Rumawat Padjadjaran kali ini pun berhasil memukau puluhan penonton dan menyisakan rasa penasaran yang menjadi ciri khasnya.

Guyuran hujan sejak sore tidak menghalangi terselenggaranya Pidangan Seni Rumawat yang diadakan di Taman Bale Rumawat Padjadjaran Kampus Unpad, Jln. Dipati Ukur No. 35 Bandung, Jumat (26/11). Penampilan Tarling Klasik, Puisi Cerbon, Topeng Cerbon, Ronggeng Bugis, Tayub, dan Dangdut Cerbon tetap menyuguhkan keriangan bagi para penonton. Tiupan merdu sang pemain suling, tabuhan gendang ditambah lenggak-lenggok penari diiringi lengkingan merdu suara penyanyi semakin menghangatkan suasana malam itu.

Read the rest of this page »

Konser Resital Gitar Klasik: Miquel Trapaga “Two Centuries of Spanish Guitar”

Miguel Trápaga seorang Gitaris asal Spanyol akan tampil di Bale Rumawat Padjadjaran. Pria kelahiran Cantabria, Spanyol (1967) ini akan memainkan karya besar dari komposer Fernando Sor, David Del Puerto, Ananda Sukarlan, Fransisco Tarrega, Emilio Pujol, Dionisio Aguado, dan Isaac Alb Niz. Konser Resitasl Gitar Klasik ini merupakan Pidangan Seni Budaya Rumawat Padjadjaran edisi September 2010.

Sekilas tentang Miguel Trápaga, Ia belajar bermain gitar di Konservatorium Argenta Ataúlfo (Santander) dan Royal Conservatory of Music, Madrid  (Real conservatorio Superior de Musica) dengan Javier Canduela dan Demetrio Ballesteros.

Ia juga belajar bermain  gitar dari José Tomás, Miguel Angel Girollet, Manuel Estevez, José Luis Rodrigo, David Russell, Leo Brouwer  dan Gerardo Arriaga. Mendapatkan beasiswa dari  Yayasan Botín Marcelino (Banco de Santander), Juventudes  Musicales de Madrid dan La Caixa  Foundation (Barcelona). Read the rest of this page »

Sambut Ramadan, Unpad Gelar Cisoca Singa Sahara Teladani Umar Bin Khattab

Laporan oleh: Eka Bahtera

[Unpad.ac.id, 9/08] Penonton terkesiap saat gong tanda dimulainya Opera Sunda berjudul “Cisoca Singa Sahara” berbunyi. Opera Sunda garapan Rektor Unpad, Prof. Ganjar Kurnia, ini merupakan Pidangan Seni Rumawat Padjadjaran bertajuk “Unpad Mapag Ramadhan” dalam rangka menyambut datangnya Bulan Suci Ramadan. Opera Sunda yang digelar di Grha Sanusi Hardjadinata, Jln. Dipati Ukur No. 35 Bandung, Senin (09/08) tersebut bercerita mengenai salah seorang sahabat sekaligus pelindung Rasulullah, Umar Bin Khattab.

Melekatnya gelar sebagai Singa Sahara, membuat Umar Bin Khattab menjelma menjadi seseorang yang ditakuti di Mekkah. Namun sayangnya Umar berada di kubu yang memusuhi Islam dan Rasulullah. Saking bencinya Umar pada ajaran Islam, Fatimah sang adik pun diancam akan dibunuh ketika sedang membaca Al-Quran.

Semua seketika berbalik, ketika Umar melihat keteguhan Fatimah mempertahankan akidahnya, serta terus-menerus membacakan ayat suci Alquran. Seakan terkesima dengan keteguhan Fatimah serta keindahan Alquran, Umar pun kemudian memilih masuk Islam dan menjadi orang terdepan yang melindungi Rasulullah. Selain itu, Umar juga menjadi sahabat yang paling dekat dengan Rasulullah. Sampai akhirnya Umar adalah orang yang paling tidak percaya kalau Rasulullah telah wafat. Read the rest of this page »

Kolaborasi Idjah Hadidjah – Tjetjep Supriadi Pukau Penonton

Laporan oleh: Malikkul Shaleh

[Unpad.ac.id, 26/07] Harapan para penonton Pidangan Seni Budaya Rumawat Padjadjaran Minggu malam (25/07) tampaknya terpuaskan dengan penampilan maestro sinden, Hj. Idjah Hadidjah, yang berduet dengan maestro dalang, RH Tjetjep Supriadi. Pidangan Seni Budaya Rumawat Padjadjaran kembali berhasil mempertahankan tradisi dalam menampilkan maestro tanah pasundan dengan karya besar mereka di atas panggung pertunjukan. Kolaborasi duo maestro ini berhasil menyihir para penonton.

Pada pidangan ke-28 bertajuk “Nu Manggung Sapiri Umpi” yang terselenggara berkat kerja sama Unpad dengan Bank Jabar Banten ini, Idjah memperdengarkan suaranya sambil mengiringi degung, ketuk tilu, jaipongan, dan juga mengiringi musik wayang golek ala suaminya, RH Tjetjep Supriadi. Suara lembut Idjah yang terkadang terdengar sangar menggema ke seluruh penjuru Taman Bale Rumawat Padjadjaran Kampus Unpad, Jln. Dipati Ukur No. 35 Bandung, kala Idjah tampil sepanjang malam itu.

Diiringi musik dari Unit Kesenian Unpad, Idjah secara total mengeksplorasi teknik vokal sindennya dan menyuguhkannya kepada para penonton. Mereka pun terhanyut merasakan alunan suara Idjah yang terperangkap suasana malam itu. “Suasana ini yang sangat jarang ditemui. Saya benar-benar menikmati pertunjukan Ceu Idjah malam ini,” ujar Drs. Lili Permadi., M.Si., salah seorang penonton yang juga Kepala Biro Administrasi Umum Unpad. Read the rest of this page »

Unpad Tampilkan Seni Tradisi Jaipongan, Penonton Bertahan Hingga Tengah Malam

Laporan oleh: Malikkul Shaleh dan Lydia Okva Anjelia

[Unpad.ac.id, 21/06] Tabuhan gendang, gesekan rebab, dan ditambah petikan kacapi terasa menghipnotis. Keluwesan gerak tubuh dan keserasian gerakan tari, serta keelokan paras para penari semakin mempesona kala kita melihatnya. Sekarang tidak lagi hanya goyang, gitek, dan geol tapi juga geunah untuk tari Jaipongan. Variasi gerak tari dan musik etnik khas pasundan menjadi inti yang menyatu yaitu tari Jaipongan. Telah lebih dari puluhan tahun yang lalu, Jaipongan tercipta dari sebuah pencarian esensi diri.

Pidangan Seni Budaya Rumawat Padjadjaran edisi Juni 2010 kali ini menghadirkan Gugum Gumbira melalui karya-karyanya. Kegiatan bertema “Gumbira Sareng Kang Gugum, Nyukcruk Jaipongan ti Sungapannana” yang terselenggara berkat kerja sama Unpad dengan Bank Jabar Banten ini dilaksanakan di taman Bale Rumawat Padjadjaran Unpad, Jln. Dipati Ukur No. 35 Bandung, Minggu (20/06) malam.

Dalam acara ini penonton disuguhkan 10 penampilan Jaipongan. Sebanyak 4 tarian dan satu lantunan lagu karya Gugum dimainkan berturut-turut diawal pertunjukan, ditambah 4 tarian dari karya para perenerusnya. Karya Gugum yang ditampilkan malam itu yaitu Daun Pulus Keser Bojong, Lagu Serat Salira, Pencug Bojong, Ruwayan, dan Kawug Anten.

Diakhir pertunjukan, dihadirkan tarian bersama yang menampilkan semua penari serta para penonton untuk bisa saling mempertunjukkan kebolehannya. “Dulunya Jaipongan itu yah seperti ini, bisa dimainkan oleh semua orang,” ujar Ayi Deni, Koordinator Unit Pagelaran dan Kesenian Unpad. Read the rest of this page »

Parade Monolog di Bale Rumawat Padjadjaran Memukau Penonton

Laporan oleh: Malikkul Shaleh

[Unpad.ac.id, 30/05] Seorang tua itu tergeletak di tengah panggung pertunjukkan, sambil bercerita dengan sesekali berteriak. Sebentar berdiri, sebentar terduduk, dan sebentar berjalan memutari panggung dengan gerak khas seorang aktor. Luapan emosi menjadi hiasan yang terlihat sepanjang cerita yang dilakoninya. Tapi mereka sendiri, hanya ditemani oleh kegelapan sisi panggung, dan sebuah monolog pun dituturkan.

Unit Kesenian Unpad bekerja sama dengan Bank Jabar Banten mengadakan Pidangan Seni Budaya Rumawat Padjadjaran bertajuk “Parade Monolog” di Bale Rumawat Padjadjaran, Kampus Unpad, Jln. Dipati Ukur No. 35 Bandung, Sabtu (29/05) malam.

Parade monolog ini terbagi menjadi tiga sesi pertunjukan yang masing-masing sesinya mempertontonkan cerita berbeda. Hadir sebagai pengisi pertunjukan ini, tiga orang aktor seni peran yang tidak asing lagi yaitu Dodi Eka Pratama, Nia Ellysa Mifelsa, dan Ayi Kurnia Iskandar dengan Agus Safari sebagai pembaca prolog, sekaligus yang memandu jalanya acara pertunjukan. Read the rest of this page »

Eksistensi Tembang Sunda, Generasi Tua Jangan Hariwang

Laporan oleh: Artanti Hendriyana

[Unpad.ac.id, 29/04] Muncul kekhawatiran di kalangan pegiat kesenian sunda terhadap hampir punahnya kelestarian tembang-tembang Sunda. Hal ini dikarenakan generasi muda sekarang jarang sekali yang kenal atau bahkan mau melantunkan tembang-tembang Sunda. Unpad sebagai salah satu universitas bergengsi di tatar Parahyangan menjawab kekhawatiran ini dengan menggelar Barangan Bentang Ipukan.

Pagelaran yang diselenggarakan bekerja sama dengan Bank Jabar-Banten itu menampilkan juru tembang muda. Hal ini membuktikan bahwa tembang-tembang Sunda belum hilang di telan zaman, melainkan masih memiliki generasi penerus. Acara ini diselenggarakan di Bale Rumawat Padjadjaran, kampus Unpad, Jln. Dipati Ukur No. 35 Bandung, Rabu (28/4).

Pagelaran ini menghadirkan 12 juru tembang muda, 7 diantaranya masih duduk di bangku sekolah mulai dari SD hingga SMA/SMK. Mereka adalah Sicha Dwi Oktavia, Asri Meirisa, Taufik Juntara, Ajeng Agustina, Fadila Nur Asifah, Merlin, Gunawan, Novia Herni Aksimaranti, Rosyanti, Nana Warna, Novia Herni Aksimaranti, dan Tedi Sudiarto. Juru tembang paling muda adalah Sicha yang masih berusia 7 tahun. Read the rest of this page »

Seniman Senior Reunian di Nini Aki Maca Sajak Jilid 2

Laporan oleh: Mahfud Achyar

Rangkaian peringatan hari bahasa ibu internasional yang diselenggarakan oleh Universitas Padjadjaran dengan Pagayuban Panglawungan Sastra Sunda (PPSS) diakhiri dengan acara Nini Aki Maca Sajak di Balai Rumawat, Jl. Dipati Ukur No.35 Bandung, (21/02).

Nini Aki Maca Sajak merupakan acara yang ditunggu-tunggu oleh hadirin saat itu karena sajak berbahasa Sunda itu akan dibacakan oleh tokoh-tokoh budayawan Sunda yang telah terkenal di Jawa Barat. Setidaknya, ada sekitar 20 budayawan yang menunjukkan kepiawaian mereka dalam membaca sajak, antara lain Ajip Rosidi, Usep Romli, Nano S., dan masih banyak lagi lainnya.  Kegiatan yang telah dua kali digelar di Unpad ini juga merupakan ajang reuni bagi seniman dan budayawan senior.
Tak jarang gelak tawa saling bersahutan di dalam ruangan Balai Rumawat. Namun, tak jarang juga suasana hening dan khidmat ketika salah satu budayawan membacakan sajak tentang perjuangan kemerdekaan. Ragam emosi pun seakan bercampur aduk saat budayawan-budayawan Sunda itu bergantian membaca sajak.

Kegiatan Nini Aki Maca Sajak ini merupakan bentuk pengembangan sajak-sajak yang ditulis dalam bahasa Sunda serta dibacakan oleh budayawan-budayawan Sunda yang sudah tidak asing lagi. Lebih dari itu, sebenarnya banyak sekali pesan moral yang bisa diperoleh dari sajak-sajak tersebut. (eh)*

Nano S dan Ajip Rosidi Berharap Generasi Muda Kenal Kesenian Bangsa

Laporan oleh: Erman

[Unpad.ac.id, 1/02] Generasi muda Indonesia semestinya bangga dengan kesenian asli bangsa ini dan mampu mempertahankan seni tradisi dari kepunahan. Di sisi lain, pemerintah dan segenap elemen masyarakat juga harus berupaya agar kesenian tradisional ini dapat lestari bahkan berkembang di tengah masyarakat.

Harapan itu diucapkan seniman Nano S dan sastrawan Ajip Rosidi saat ditemui di pagelaran “Tina Sajak Kana Lagu, Nu Kang Ajip Ku Kang Nano S” di Bale Rumawat Padjadjaran Kampus Unpad, Jln. Dipati Ukur 35 Bandung, Minggu (31/01) malam. Pagelaran ini merupakan kegiatan seni dan budaya yang rutin diselenggarakan oleh Unpad dan Bank Jabar Banten setiap bulannya.

“Untuk menampilkan kesenian, tidak perlu mengadaptasi musik dari Barat agar kelihatan keren. Seni musik kita saja sangat kaya, tinggal bagaimana menggalinya. Contohnya, melalui pagelaran ini saya ingin sekali memperlihatkan bahwa laras Sunda itu sangat kaya, tidak hanya pelog dan salendro saja,” ujar Nano S. Read the rest of this page »

Darso Ingin Pemerintah Buatkan Patung Mang Koko

Laporan oleh: Ratih Anbarini

[Unpad.ac.id, 30/12] Jasa Mang Koko dalam menciptakan lagu termasuk membesarkan namanya, membuat Darso memohon pemerintah untuk membangun patung sang legendaris kesenian Sunda itu. Menurut Darso, Mang Koko pantas menerima penghargaan tersebut karena dianggap telah menjadi pelopor dan memajukan kesenian Sunda.
“Saya maju juga karena lagu-lagu yang diciptakan Mang Koko,” ujarnya di hadapan wartawan usai memuaskan penggemarnya dalam konser tunggal “Darso The Phenomenon” yang digelar di Grha Sanusi Hardjadinata, Jln. Dipati Ukur 35 Bandung, Selasa (29/12) malam. Darso yang mengaku pernah tandang manggung di Surabaya dan Kalimantan itu mengungkapkan bahwa Mang Koko telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan karirnya hingga saat ini.

“Tong Legeg”
Sementara itu, Darso yang disebut Dekan Fakultas Sastra Unpad, Prof. Dr. Dadang Suganda, Drs., M. Hum. sebagai sosok yang sederhana, faktual, realistis, dan tidak mengada-ada itu menekankan kepada para seniman untuk tidak sombong (tong legeg) saat tingkat kepopulerannya naik. Read the rest of this page »

Darso Bangga Tampil di Unpad

Laporan oleh: Ratih Anbarini

[Unpad.ac.id, 29/12] Seniman Calung dan Pop Sunda, Darso, mengaku bangga dapat tampil dalam gelaran yang digagas Unpad bersama Bank Jabar Banten bertajuk “Darso The Phenomenon”, Selasa (29/12). Ia yang tampil dengan gaya khasnya itu mengaku seperti dianggap sebagai raja yang diposisikan begitu tinggi oleh ratusan penggemarnya yang memadati Ghra Sanusi Hardjadinata, Jln. Dipati Ukur 35 Bandung.

“Saya seperti raja saat tampil di Unpad,” ujarnya di hadapan wartawan usai pergelaran. Dirinya mengaku baru pertama kali manggung di kawasan pendidikan, seperti Unpad malam itu. Menjelaskan dalam bahasa Indonesia yang terkadang dikombinasikan dengan bahasa Sunda, ia mengungkapkan bahwa begitu banyak perbedaan antara saat tampil memenuhi panggilan hajatan warga dengan permintaan satu itu.

“Konsep pergelaran ini diciptakan langsung oleh Unpad. Bagus! Saya dianggap seperti raja. Sementara saat hajatan, saya yang harus turun bersama-sama dengan penonton,” ungkap Darso yang mengawali karirnya sebagai seniman musik bersama grup band Nada Karya pada 1962. Read the rest of this page »

Setelah 50 Tahun Digelar, Pasanggiri Tembang Sunda Cianjuran Tetap Diminati Masyarakat

Laporan oleh: Marlia

[Unpad.ac.id, 21/12] Di tengah gemburan budaya asing yang cukup deras, budaya Sunda masih tetap eksis di masyarakat, khususnya di Jawa Barat. Hal ini terbukti dengan antusias keikutsertaan masyarakat Jawa Barat untuk mengikuti Pasanggiri Tembang Sunda Cianjuran ke-19 Tahun 2009. Acara ini diselenggarakan oleh Daya Mahasiswa Sunda (Damas) bekerja sama dengan Unpad dan didukung oleh Bank Jabar-Banten dalam rangka ikut serta melestarikan budaya Sunda.
“Dibandingkan dengan jumlah pada penyelenggaraan pada tahun-tahun sebelumnya, penyelenggaraan kali ini diikuti lebih banyak peserta, hingga lebih dari 90 orang yang terdiri dari usia tua dan muda. Dengan antusias seperti ini, saya merasa lega budaya Sunda tidak akan punah dan akan tetap dilestarikan masyarakat, khususnya oleh masyarakat Sunda,” jelas Ketua Pusat Damas, Danni S. Wiradinata, pada pembukaan pasanggiri tersebut di Grha Sanusi Hardjadinata, Jln. Dipati Ukur No. 35 Bandung, Senin (21/12). Acara ini akan berlangsung hingga tanggal 25 Desember 2009 nanti.

Read the rest of this page »

Karya Mang Koko Tak Lekang oleh Waktu

Laporan oleh: Anton Sumantri

[Unpad.ac.id, 20/08] Berkarya dengan jujur, selalu berpikir positif dan selalu bersyukur adalah sebagian nilai-nilai yang terkandung dalam karya-karya Mang Koko. Seorang seniman besar Sunda yang meskipun dirinya telah berpulang namun karya-karyanya masih tetap terkenang.
Sebagai bentuk penghormatan Unpad kepada Mang Koko, Unpad sengaja menggelar hajatan yang bertajuk “Ka Mang Koko Hamo Poho, Ka Ida Rosida Nyukcruk Karyana, Garapan Sekar Gending Karya Mang Koko”. Pagelaran tersebut diselenggarakan Rabu (19/08) malam di Halaman Selatan Grha Sanusi Hardjadinata Unpad, Jln. Dipati Ukur 35 Bandung.

Alunan gending dan kawih Sunda mengantar para penonton kembali ke masa lalu. Koleksi kawih-kawih karya Mang Koko yang tak bisa dihitung dengan jari dan melegenda menemani pengunjung malam itu dengan setia. Gelaran yang ditata apik tersebut menampilkan puluhan dari sebagian karya Mang Koko. Hajatan tersebut juga dimeriahkan oleh berbagai seniman dan budayawan Sunda dari berbagai generasi. Rektor Unpad, Prof. Ganjar Kurnia, dan segenap jajarannya serta para penonton terlihat menikmati sajian karya Mang Koko. Tampak budayawan Sunda seperti Eka Gandara, Nano S, dll. turut hadir.

Sebagai salah satu pewaris langsung Mang Koko, penampilan Ida Rosida mampu menyihir penonton hingga tak ingin beranjak dari tempat duduk. Alunan vokal Ida Rosida dan pengisi acara yang lain menghipnotis ratusan penonton yang memadati halaman timur Aula Unpad malam itu. Penonton diajak memaknai nasihat seorang ibu kepada anaknya saat Ida Rosida ditemani Sony Rosa WD, membawakan kawih Indung Jeung Anak. Pengunjung pun terbawa merasakan kepedihan ketika Reumis Beureum Dina Eurih dibawakan Ida Rosida. Read the rest of this page »

Sinden Beken Tampil Memukau

Laporan oleh: Anton Sumantri

[Unpad.ac.id, 31/07] Halaman Bale Rumawat Padjadjaran, Jln. Dipati Ukur 35 Bandung, Rabu malam (29/07) benar-benar dipadati pengunjung. Riuh rendah tepuk tangan, diselingi tawa senang turut memeriahkan suasana malam itu. Suasana tersebut terekam dalam acara Urang Nyaksen Sinden Beken di Bale Rumawat Padjadjaran Unpad, Rabu (29/07) malam.

Kegiatan ini merupakan bentuk nyata komitmen Unpad untuk melestarikan dan mengembangkan seni dan budaya nasional, khususnya Sunda. Tampak hadir Rektor Unpad, Prof. Ganjar Kurnia, dalang RH Tjetjep Supriadi, dan sejumlah budayawan dan masyarakat lainnya. Acara ini menghadirkan sinden dari berbagai generasi seperti Hj. Encem Sunaryah, Hj. Idjah Hadidjah, Nunung Nurmalasari, Rita Tila, Neni Hayati, dan Rika Rafika. Selain kepiawaian Sinden dalam membawakan tembang-tembang Sunda, acara tersebut juga menampilkan aksi Dalang Apep S. Hudaya dan pertunjukkan tari Jaipongan.

Tjetjep Supriadi, suami dari pesinden Hj. Idjah Hadidjah, salah satu sinden yang tampil malam itu, mengaku bangga dan sangat berterima kasih kepada Unpad, khususnya Prof. Ganjar atas penyelenggaraan acara tersebut. “Tiada kata yang lebih indah bagi saya selain syukur alhamdulillah kepada Allah S.W.T. dan terima kasih sekali kepada khususnya kepada bapak Ganjar yang menyelenggarakan acara ini. Saya bangga masih ada orang yang berkedudukan tinggi namun masih memberi perhatian lebih pada seni dan budaya Sunda,” paparnya. Read the rest of this page »

Mojang India Nembang, Penonton Terkagum-kagum

Laporan oleh: Ratih Anbarini

[Unpad.ac.id, 17/07] Suara merdu dan lembut itu keluar dari mulut Anita Balasubramanian (20), seorang India berkebangsaan Amerika Serikat saat menampilkan kebolehannya menyanyikan tembang Sunda dengan fasih. Ia tampil di hadapan puluhan penonton yang terdiri dari seniman dan tokoh budayawan Sunda, seperti Yus Wiradiredja, Yayat Hendayana, dan Aom Kusman. Pagelaran bertajuk “Mojang India Nembang Sunda” ini diselenggarakan di Bale Rumawat Padjadjaran, Jln. Dipati Ukur 35 Bandung, Kamis (17/07) malam. Tampak hadir pula Rektor Unpad, Prof. Ganjar Kurnia yang didampingi istri, Yatti Ganjar Kurnia.
Pagelaran yang dimulai tepat pukul 19.30 WIB itu menampilkan enam tembang Sunda yang dinyanyikan dengan baik oleh Anita. Bahkan sejumlah penonton berdecak kagum dengan kemampuan Anita menembang hingga ke nada-nada yang cukup sulit dilakukan seorang pemula seperti dirinya. Dalam pagelaran tersebut, Anita dibantu Gangan Garmana, Yusdiana, Iwan Mulyana, dan Wawan Sapuli yang memainkan alat-alat musik tradisional Sunda, seperti kacapi, suling, dan rebab.

Yus Wiradiredja, praktisi dan akademisi bidang Seni, mengatakan bahwa menyanyikan tembang Sunda Cianjuran memang bukan perkara yang mudah. Namun, setelah mendengarkan pesona suara dan cengkokan Anita saat menyanyikan tembang tersebut, Yus menyatakan bahwa Anita berhasil melakukannya. Anita, menurut Yus, memiliki kepekaan musikalitas yang baik. Karena kepekaan itulah, Anita dapat mengekspresikan setiap lagu yang dibawakannya. Pengucapan kata pada lirik tembang juga dikatakan Yus, tidaklah kaku. “Namun, yang paling luar biasa adalah Ceu Euis Komariah yang sanggup mengajari Anita hanya dalam waktu singkat dan mampu nembang sebaik ini,” ujar Yus. Read the rest of this page »

Winta Ingin Perkenalkan Seni Musik Piano Klasik di Unpad

Laporan oleh: Anton Sumantri

[Unpad.ac.id, 13/07] Ada yang berbeda di Bale Rumawat, Unpad, Sabtu malam (11/07). Gedung yang biasa dijadikan tempat pertunjukkan seni tradisional nusantara, malam itu menggelar pertunjukkan seni musik klasik. Nada dari tuts piano yang beradu dengan jemari pianis seakan membawa para penonton menjelajahi dunia. Pertunjukkan yang dipersembahkan oleh Awinta Sarasono dan Elsa Angelie dikemas dalam Joint Piano Recital. Keduanya menampilkan 7 (tujuh) karya musik klasik yang dimainkan secara bergantian.
Mahasiswi Sastra Perancis Unpad, Awinta Sarasono, mengatakan untuk menghadapi recital tersebut, ia memerlukan persiapan yang lebih dari biasanya. Mahasiswi yang menggemari piano sejak kecil ini sebenarnya telah banyak melakukan konser piano bersama dengan sesama pianis. Namun ia mengaku baru kali ini menggelar recital. Seperti yang diketahui, konser piano biasanya terdiri dari banyak pianis dan mereka memainkan satu lagu secara silih berganti. Sementara itu, piano recital merupakan pertunjukkan dari seorang atau maksimal dua orang pianis secara solo.

Read the rest of this page »